15 Agustus 2009

Talkshow Arvan Pradiansyah tentang Gosip

Kemarin pagi saya mendengarkan talkshow interaktif Smart Happines yang dibawakan oleh Arvan Pradiansyah di Radio Smart FM. Topiknya tentang membicarakan orang lain.

Bagi yang ikut mendengarkan, pasti menarik dong! Bagi yang tidak mendengarkan saya ingin memberikan ulasan dengan elaborasi saya sendiri disini.

Inti pembicaraannya adalah jangan membicarakan orang lain, khususnya mengenai keburukan mereka. Apalagi keburukan yang tidak ada faktanya (gosip). Kalau anda ingin membicarakan orang lain, maka ikutilah pedoman tiga langkah berikut ini.

Pertama, tanyakanlah apakah pembicaraan itu benar alias ada faktanya. Kalau tidak benar alias tidak faktual dan menjelek-jelekkan orang lain, maka tinggalkan. Ini berarti gosip – sebagian yang lain menyebutnya fitnah.

Kenapa?

Karena itu pasti merugikan dan menyakiti orang lain. Kata Mas Arvan, semua tentang gosip itu memang menyenangkan, kecuali digosipin. Akibat buruk lain yang sering tidak disadari adalah jatuhnya kredibilitas atau kepercayaan orang lain kepada anda.

Kalau anda menggosipi orang lain kepada si A, misalnya, maka si A secara intuitif akan mengetahui bahwa anda pun akan menggosipi dia di belakangnya. Kalau anda menggosipi orang lain di depannya, maka apa yang menghalangi anda dari menggosipi dia di belakangnya?

Kalau memang benar ada faktanya, maka berikut langkah kedua: Tanyakan apakah bahan pembicaran itu kebaikan. Meskipun faktual, tidak berarti kebaikan. Ada juga yang merupakan keburukan orang lain. Pilihlah untuk membicarakan kebaikan orang lain saja.

Ini memang sulit dan jarang terjadi. Kita lebih ingat hal-hal buruk tentang orang lain daripada yang buruk dari mereka. Kita lebih suka membicarakan kejelekan orang lain daripada kebaikannya. Inilah yang disebut menggunjing. Dalam Islam, ini disebut ghibah. Orang yang menggunjing itu ibarat memakan daging tubuh saudara sendiri. Ngeri 'kan?

Dalam dunia bisnis ini juga terjadi. Prospek dan pelanggan lebih banyak membicarakan kekurangan produk atau jasa yang mereka gunakan daripada kelebihannya. Mereka cenderung berbicara saat mereka kecewa daripada saat mereka puas.

Tapi membicarakan kebaikan orang lain menjadi sering terutama pada masa-masa kampanye Pemilu. Ini biasanya dilakukan oleh Tim Sukses dan simpatisan calon pemimpin dan legislatif. Bahkan mereka cenderung melebih-lebihkan kebaikan calon-calon yang mereka usung.

Oke kembali ke topik…

Kalau bahan pembicaraannya sudah benar dan merupakan kebaikan, maka langkah ketiga adalah keperluan pembicaraanya. Tanyakan pada diri anda manfaat dari membicarakan orang lain.

Membicarakan kebaikan orang lain tentu bermanfaat sebagai contoh yang baik, dorongan, motivasi atau sumber inspirasi. Karena itu, membicarakan kebaikan orang lain tentu baik-baik saja.

Untuk tujuan pembelajaran, jangankan kebaikan, keburukan orang lain pun bisa disampaikan asalkan dengan cara yang baik. Yaitu dengan tidak menyebutkan identitas orang yang dibicarakan keburukannya; cukup menyebutkan inisial atau disampaikan berupa kisah atau cerita saja. Ini karena tujuannya adalah pembelajaran, bukan mengumbar keburukan atau kejelekan orang lain.

Soal terakhir adalah, bagaimana dengan membicarakan hal-hal sepele (trivia) tentang orang lain? Misalnya tentang artis yang baru melahirkan anaknya, melangsungkan pesta pernikahan, punya hobi ini dan itu, dan sebagainya?

Menurut saya, jawabannya situasional. Sekedar untuk menghilangkan kebosanan di kantor, misalnya, bolehlah. Tapi ingat, ini sangat rentan membuata anda jadi membicarakan keburukan orang lain atau bahkan yang tidak ada faktanya, alias mengada-ngada. So, anda harus hati-hati.

Tapi kalau dengan membicarakan (atau juga menonton) hal-hal sepele itu justru mengganggu pekerjaan anda di kantor, maka sebaiknya anda tinggalkan. Kalau waktu dan energi yang anda habiskan untuk membicarakan hal-hal sepele tentang orang lain itu bisa anda gunakan untuk melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat, tentu lebih baik meninggalkannya.

Bagaimana menurut anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.